faktor penghambat dan pendorong perubahan sosial budaya
Faktor Pendukung Proses Perubahan
Terjadinya suatu proses perubahan
pada masyarakat, diakibatkan adanya faktor yang mendorongnya, sehingga
menyebabkan timbulnya perubahan. Faktor pendorong tersebut menurut Soerjono
Soekanto antara lain:
Kontak dengan kebudayaan lain
Salah satu proses yang menyangkut
hal ini adalah diffusion (difusi). Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur
kebudayaan dari individu kepada individu lain. Dengan proses tersebut manusia
mampu untuk menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan. Dengan
terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang telah diterima oleh masyarakat
dapat diteruskan dan disebar luaskan kepada semua masyarakat, hingga seluruh
masyarakat dapat merasakan manfaatnya.
Proses difusi dapat menyebabkan
lancarnya proses perubahan, karena difusi memperkaya dan menambah unsur-unsur
kebudayaan yang seringkali memerlukan perubahan-perubahan dalam lembaga-lembaga
kemasyarakatan, yang lama dengan yang baru.
Sistem pendidikan formal yang maju
Pada dasarnya pendidikan memberikan
nilai-nilai tertentu bagi individu, untuk memberikan wawasan serta menerima
hal-hal baru, juga memberikan bagaimana caranya dapat berfikir secara ilmiah.
Pendidikan juga mengajarkan kepada individu untuk dapat berfikir secara
obyektif. Hal seperti ini akan dapat membantu setiap manusia untuk menilai
apakah kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuh kebutuhan zaman atau tidak.
Sikap menghargai hasil karya
seseorang dan keinginan untuk maju
Bila sikap itu telah dikenal secara
luas oleh masyarakat, maka masyarakat akan dapat menjadi pendorong bagi
terjadinya penemuan-penemuan baru. Contohnya hadiah nobel, menjadi pendorong
untuk melahirkan karya-karya yang belum pernah dibuat.
Toleransi terhadap
perbuatan-perbuatan yang menyimpang (deviation)
Adanya toleransi tersebut berakibat
perbuatan-perbuatan yang menyimpang itu akan melembaga, dan akhirnya dapat
menjadi kebiasaan yang terus menerus dilakukan oleh masyarakat.
Sistem terbuka pada lapisan
masyarakat
Adanya system yang terbuka di dalam
lapisan masyarakat akan dapat menimbulkan terdapatnya gerak social vertical
yang luas atau berarti member kesempatan kepada para individu untuk maju atas
dasar kemampuan sendiri. Hal seperti ini akan berakibat seseorang mengadakan
identifikasi dengan orang-orang yang memiliki status yang lebih tinggi.
Identifikasi adalah suatu tingkah laku dari seseorang, hingga orang
tersebut merasa memiliki kedudukan yang sama dengan orang yang dianggapnya
memiliki golongan yang lebih tinggi. Hal ini dilakukannya agar ia dapat diperlakukan
sama dengan orang yang dianggapnya memiliki status yang tinggi tersebut.
Adanya penduduk yang heterogen
Terdapatnya penduduk yang memiliki
latar belakang kelompok-kelompok social yang berbeda-beda, misalnya ideology,
ras yang berbeda akan mudah menyulut terjadinya konflik. Terjdinya konflik ini
akan dapat menjadi pendorong perubahan-perubahan sosial di dalam masyarakat.
Ketidakpuasan masyarakat terhadap
bidang-bidang kehidupan tertentu
Terjadinya ketidakpuasan dalam
masyarakat, dan berlangsung dalam waktu yang panjang, juga akan mengakibatkan
revolusi dalam kehidupan masyarakat.
Adanya orientasi ke masa depan
Terdapatnya pemikiran-pemikiran yang
mengutamakan masa yang akan datang, dapat berakibat mulai terjadinya
perubahan-perubahan dalam system social yang ada. Karena apa yang dilakukan
harus diorientasikan pada perubahan di masa yang akan datang.
Faktor Penghalang Proses Perubahan
Di dalam proses perubhan tidak
selamanya hanya terdapat faktor pendorong saja, tetapi juga ada faktor
penghambat terjadinya proses perubahan tersebut. Faktor penghalang tersebut
antara lain:
Perkembangan ilmu pengetahuan yang
lambat
Terlambatnya ilmu pengetahuan dapat
diakibatkan karena suatu masyarakat tersebut hidup dalam keterasingan dan dapat
pula karena ditindas oleh masyarakat lain.
Sikap masyarakat yang tradisional
Adanya suatu sikap yang membanggakan
dan memperthankan tradisi-tradisi lama dari suatu masyarakat akan berpengaruh
pada terjadinya proses perubahan. Karena adanya anggapan bahwa perubahan yang
akan terjadi belum tentu lebih baik dari yang sudah ada.
Adanya kepentingan yang telah
tertanam dengan kuatnya.
Organisasi sosial yang telah
mengenal system lapisan dapat dipastikan aka nada sekelompok individu yang
memanfaatkan kedudukan dalam proses perubahan tersebut. Contoh, dalam
masyarakat feodal dan juga pada masyarakat yang sedang mengalami transisi. Pada
masyarakat yang mengalami transisi, tentunya ada golongan-golongan dalam
masyarakat yang dianggap sebagai pelopor proses transisi. Karena selalu
mengidentifikasi diri dengan usaha-usaha dan jasa-jasanya, sulit bagi mereka
untuk melepaskan kedudukannya di dalam suatu proses perubahan.
Kurangnya hubungan dengan masyarakat
lain.
Hal ini biasanya terjadi dalam suatu
masyarakat yang kehidupannya terasing, yang membawa akibat suatu masyarakat
tidak akan mengetahui terjadinya perkenmbangan-perkembangan yang ada pada
masyarakat yang lainnya. Jadi masyarakat tersebut tidak mendapatkan bahan
perbandingan yang lebih baik untuk dapat dibandingkan dengan pola-pola yang telah
ada pada masyarakat tersebut.
Adanya prasangka buruk terhadap
hal-hal baru.
Anggapan seperti inibiasanya terjadi
pada masyarakat yang pernah mengalami hal yang pahit dari suatu masyarakat yang
lain. Jadi bila hal-hal yang baru dan berasal dari masyarakat-masyarakat yang
pernah membuat suatu masyarakat tersebut menderita, maka masyarakat ituakan
memiliki prasangka buruk terhadap hal yang baru tersebut. Karena adanya
kekhawatiran kalau hal yang baru tersebut diikuti dapat menimbulkan kepahitan
atau penderitaan lagi.
Adanya hambatan yang bersifat
ideologis.
Hambatan ini biasanya terjadi pada
adanya usaha-usaha untuk merubah unsur-unsur kebudayaan rohaniah. Karena akan
diartikan sebagai usaha yang bertentangan dengan ideologi masyarakat yang telah
menjadi dasar yang kokoh bagi masyarakat tersebut.
Adat atau kebiasaan
Biasanya pola perilaku yang sudah
menjadi adat bagi suatu masyarakat akan selalu dipatuhi dan dijalankan dengan
baik. Dan apabila pola perilaku yang sudah menjadi adat tersebut sudah tidak
dapat lagi digunakan, maka akan sulit untuk merubahnya, karena masyarakat
tersebut akan mempertahankan alat, yang dianggapnya telah membawa sesuatu yang
baik bagi pendahulu-pendahulunya.
Faktor-faktor yang menghalangi
terjadinya proses perubahan tersebut, secara umum memang akan merugikan
masyarakat itu sendiri. Karena setiap anggota dari suatu masyarakat umumnya
memiliki keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih daripada yang sudah
didapatnya. Hal tersebut tidak akan diperolehnya jika masyarakat tersebut tidak
mendapatkan adanya perubahan-perubahan dan hal-hal yang baru.
Faktor penghambat dari proses
perubahan social ini, oleh Margono Slamet dikatakannya sebagai kekuatan
pengganggu atau kekuatan bertahan yang ada di dalam masyarakat. kekuatan
bertahan adalah kekuatan yang bersumber dari bagian-bagian masyarakat yang:
- Menentang segala macam bentuk perubahan. Biasanya golongan yang paling rendah dalam masyarakat selalu menolak perubahan, karena mereka memerlukan kepastian untuk hari esok. Mereka tidak yakin bahwa perubahan akan membawa perubahan untuk hari esok.
- Menentang tipe perubahan tertentu saja, misalnya ada golongan yang menentang pelaksanaan keluarga berencanasaja, akan tetapi tidak menentang pembangunan-pembangunan lainnya.
- Sudah puas dengan keadaan yang ada.
- Beranggapan bahwa sumber perubahan tersebut tidak tepat. Golongan ini pada dasarnya tidak menentang perubahan itu sendiri, akan tetapi tidak menerima perubahan tersebut oleh karena orang yang menimbulkan gagasan perubahan tidak dapat mereka terima. Hal ini dapat dihindari dengan jalan menggunakan pihak ketiga sebagai penyampai gagasan tersebut kepada masyarakat.
- Kekurangan atau tidak tersedianya sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan perubahan diinginkan.
Hambatan tersebut selain dari kekuatan
yang bertahan, juga terdapat kekuatan pengganggu. Kekuatan pengganggu ini
bersumber dari:
- Kekuatan-kekuatan di dalam masyarakat yang bersaing untuk memperoleh dukungan seluruh masyarakat dalam proses pembangunan. Hal ini dapat menimbulkan perpecahan, yang dapat mengganggu pelaksanaan pembangunan.
- Kesulitan atau kekomplekkan perubahan yang berakibat lambatnya penerimaan masyarakat terhadap perubahan yang akan dilakukan. Perbaikan gizi, keluarga berencana, konservasi hutan dan lain-lain, adalah beberapa contoh dari bagian itu.
- Kekurangan sumber daya yang diperlukan dalam bentuk kekurangan pengetahuan, tenaga ahli, keterampilan, pengertian, biaya dan sarana serta yang lainnya
tugas IPS
Moch Rizqi Hijriah
IX A SMP AL HADI
0 komentar: